III

Polandia bermain Saman | bandatourism

02.25
0 komentar



MALAM telah larut, ketika 13 dara berambut pirang duduk bersimpuh di hadapan ratusan pengunjung. Di tengah-tengah mereka, ikutserta seorang gadis berjilbab. Mereka membentuk formasi untuk mempersembahkan tari Saman. Serentak, tangan mereka menepuk dada masing-masing. Tangan satu lagi menepuk paha. Begitu seterusnya, mengikuti irama biola yang menghadirkan musik dari lagu “Do Da Idi”.

Tepuk tangan pengunjung membahana, melihat gadis pirang itu tanpa cela membawakan Saman, tari khas yang berasal dari dataran tinggi Gayo, Aceh. Gadis-gadis pirang itu berasal dari Polandia. Saman adalah tari pamungkas yang dimainkan gadis Polandia di pentas Aceh International Folklore Festival, Selasa (26/7) malam.

Persembahan tari Saman merupakan hadiah gadis Polandia untuk masyarakat Aceh. “Kami ingin membuat sebuah kejutan,” kata Agata, seorang penari Polandia, pada acehkita.com, Selasa siang.
Gadis kelas tiga sekolah Stefana Zeromskiego ini mengagumi tari Aceh, yang dinilainya sangat impresif, cepat, dan sarat kekompakan. “Fantastis dan unik,” puji Agata.

Kepada Alaidin Ikrami dari acehkita.com, gadis berusia 17 tahun itu berbicara banyak, seputar tari, Folklore, dan Aceh. Berikut petikan wawancara yang dilakukan di sela-sela Agata mengunjungi Museum Tsunami.

Agata tahu Aceh sebelumnya?
Saya tidak tahu banyak tentang Aceh. Yang saya tahu, di sini pernah terjadi bencana alam yang sangat hebat pada 2004. Hanya itu yang saya baca dari berita-berita di Internet.

Bagaimana perasaannya bisa tampil di Aceh?
Luar biasa. Sangat senang sekali, karena ini petama kalinya saya kemari. Apalagi, Aceh merupakan daerah yang memiliki orang-orang yang menarik, modern, penuh semangat, dan antusias yang tinggi terhadap seni, termasuk juga memiliki keseniannya yang unik.

Pendapat dan kesan Agata tentang Aceh?
Sangat menarik, suasananya sangat fenomenal, alamnya indah dan memiliki cuaca yang sangat menyenangkan sekali.

Bagaimana dengan orang-orangnya?
Orang Aceh itu adalah orang-orang yang memiliki semangat hidup yang kuat meski sudah pernah mengalami bencana besar. Semangat hidupnya tinggi dan sangat bersahabat. Orang-orangnya juga sangat enjoy. Saya kagum, karena mereka bisa bersenang-senang, padahal mereka tidak pergi ke bar dan tidak minum minuman beralkohol.

Apakah Agata pernah mengikuti even yang serupa seperti ini?
Sudah pernah. Kami pernah mengikuti Folklore di Turki, Jerman, dan Brazil. Setiap negara memilki karakternnya masing-masing. Tapi tampil di Aceh sangat berbeda dari negara-negara yang pernah kita singgah sebelumnya.

Menurut Agata, apa yang menarik dari kesenian Aceh?
Budaya dan keseniannya sangat fantastis dan unik. Saya sangat menyukai tarian Aceh.

Selama di sini, pernah mencoba belajar tari Aceh?
Iya. Di sini kita mencoba belajar tari Aceh, tari Dodaidi. Ternyata sangat sulit sekali mempelajarinya, tetapi saya senang sekali bisa belajar dan mencobanya, ha ha ha.
(Tari “Do Da Idi” yang dimaksud Agata adalah tari Saman, yang mereka tampilkan pada malam penutupan Aceh Folklore.)

Selama tampil di Aceh Folklore, berapa tari yang dibawakan Polandia?
Ada delapan tarian yang akan kita tampilkan. Tiga di antaranya merupakan tarian nasional kita yang sering ditampilkan pada acara-acara resmi di kerajaan Polandia. Tiga tari ini ditampilkan di hadapan raja dan keluarganya.

Bisa dijelaskan gambaran salah satu tarian yang telah ditampilkan Polandia?
 
Iya. Ada satu tarian nasional kita yang ikut ditampilkan, yaitu tarian Krakowiak. Tarian ini berasal dari Krakowiak. Krakowiak ini merupakan salah satu pusat kota di Polandia. Tari ini mengisahkan tentang kebahagian dan sering ditampilkan pada acara pernikahan, di hadapan para mempelai.

Di Aceh, kami membawakan tari ini saat tampil di … (Agata mengigat nama lokasi pementasan. Agata dan rekan-rekannya menampilkan Krakowiak di hadapan lebih dua ratus pengunjung Taman Putroe Phang, pada Sabtu (25/7) sore.)
Tari dari negara kami itu umumnya dibawakan berpasangan.

Apa sudah pernah mencoba makanan Aceh?
Sudah. Ternyata makanan di Aceh sangat pedas, ha ha ha. Seperti waktu makan di sebuah warung, kami makan pedas sekali. Setiap makan sesuap, saya harus meminum air. Saya heran, melihat Kamal (Mustafa Kamal, guide kelompok Polandia –red.), dia makan tanpa harus meminum air. Ha ha ha.

(Pada suatu sore, grup dari Polandia menikmati kopi dan mie Aceh di sebuah warung di bilangan Simpang Lima, Banda Aceh.)
Suka dengan kopi Aceh?
 
Ehmm… Saya suka sanger. Rasanya enak. Saya juga suka melihat cara pembuatan kopi dengan menyaringnya itu, ha ha ha

by acehkita.com

If You Enjoyed This Post Please Take a Second To Share It.

You Might Also Like

Stay Connected With Free Updates

Subscribe via Email

0 komentar: