III

Cina-Betawi Lantun Irama Gayo | bandatourism

19.30
0 komentar


Jakarta | Lintas Gayo - Adalah hal yang lumrah saat orang Gayo menyanyikan lagu Gayo. Namun, bagaimana bila lagu-lagu Gayo dibawakan orang non-Gayo? Hal itulah yang dilakukan Fitri Sanjaya, salah satu penyanyi yang tergabung dalam Kelompok Musik Aria Tanjung (Ari Nol Atang Jungket)
 
“Awalnya saya aneh denger lagu Gayo. Dan, susah melafalkan vokal é (bené—hilang) dan è (benè—benda),” tutur Fitri kepada Lintas Gayo di Senayan, Jakarta, Rabu (28/9) “Saat mulai nyanyi lagu Gayo, kok lama-lama enak di dengar. Akhirnya, saya seneng dan mulai belajar lagu-lagu Gayo,” tambah Fitri

Lagu-lagu yang biasa dibawakan Fitri seperti Sènimen Gayo (Seniman Gayo), Nanggroe Aceh Darussalam, dan Bungé Serimpi (Bunga Serimpi) bersama teman-teman yang semuanya bukan orang Gayo. Bahkan, sampai saat ini pun, Fitri terus mempelajari lagu-lagu Gayo yang lain.

Harusnya orang Gayo malu, tegas Muryati Tanjung yang kerap disapa Itém. Yang bukan orang Gayo saja mau belajar tentang Gayo, tambah pemilik Kelompok Musik Aria Tanjung itu. Sebaliknya, malah orang Gayo sendiri mulai meninggalkan bahasa dan budaya-nya sendiri, ungkapnya miris.

Sènimen Gayo, salah satu lagu ciptaan Muryati Tanjung sendiri, mengisahkan tentang nasib seniman Gayo. Dari dulu sampang sekarang, nasib mereka begitu-begitu saja, katanya lagi. Kenapa? tanya istri Arnold Tanjung—Ari Nol Atang Jungkèt—ini. Karena memang perhatian dan penghargaan dari Pemerintah Kabupaten tidak ada. Dengan demikian, lagu Sènimen Gayo lebih menyindir Pemerintah Kabupaten yang miskin penghargaan. (Win Kin Tawar)

If You Enjoyed This Post Please Take a Second To Share It.

You Might Also Like

Stay Connected With Free Updates

Subscribe via Email

0 komentar: