III

Penyair dalam Film Cut Nyak Dien Terima Anugrah Seni | bandatourism

20.52
0 komentar



BANDA ACEH – Seorang teman seniman,yang juga Rektor Sekolah Menulis Dokarim, Fauzan Santa mengabarkan kepada The Atjeh Post, kalau dia sedang bersama Ibrahim Kadir, seorang seniman serba bisa asal Gayo, Sabtu (17/9). Kata Fauzan, dia menemani Ibrahim Kadir, karena sang seniman yang belakangan memang jarang ke Banda Aceh, datang untuk menerima anugerah seni yang diberikan pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, senin (19/9) di Taman Budaya Banda Aceh.

Ibrahim Kadir memang dikenal sebagai kreografer tari Guel. Dialah orang pertama yang menggarap tarian massal di Aceh sewaktu acara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke 12 Tingkat Nasional di Banda Aceh tahun 1981, Kreografer MTQ Tingkat Provinsi Aceh 1979, serta penulis dan designer tari masal di Padang Sumatera Barat tahun 1983. Ia juga menulis buku tentang Tari Guel (1989), juga menulis buku pegangan dosen tentang metode mengajar dan menata tari di Universitas Sumatera Utara.

Sejumlah karya-karyanya telah memperkaya sastra Gayo. Dia juga pencipta lagu Gayo. Lagu yang paling terkenal dia tulis berjudul Batil (lampuan), sebuah lagu tarian sejenis Ranup Lampuan kalau di pesisir Aceh.

Ibrahim Kadir punya intensitas berkesenian yang tidak pernah berhenti sampai tua, dan itupula yang membikin namanya dikenal oleh masyarakat seni nasional dan internasional. Sedikitnya ada 85 puisi berbahasa Gayo yang di tulis sejak tahun 1953. Dia juga pemain film “Tjoet Nja’ Dhien” (1990, Sutradara Eros Djarot), “Puisi Tak Terkuburkan” (2000, Sutradara Garin Nogroho), film dokumenter “Penyair Dari Negeri Linge” (2001, sutradara Aryo Danusiri).

Film “Puisi Tak Terkuburkan” Ibrahim berhasil mendapatkan penghargaan “Silver Screen Award For Best Asian Actor” pada Festival Film Singapura 2001, dan “The Best Actor” dalam Festival Film Cinefan India 2001, serta penghargaan pemeran terbaik ke 2 dalam Festival Film Jokarno Italia 2000.

Puis-puisi Ibrahim Kadir juga terhimpun dalam “Kumpulan Puisi Gayo-Indonesia” 1971, “Datu Beru” (Didong Puisi), “Gentala” (antologi Puisi 1972), “Malem Dewa” (antologi Puisi, 1973) dan “Pembangunan Pesantren Nurul Islam Dalam Untaian Puisi Gayo-Indonesia” tahun 2000. (Jauhari Samalanga | Atjeh Post)

If You Enjoyed This Post Please Take a Second To Share It.

You Might Also Like

Stay Connected With Free Updates

Subscribe via Email

0 komentar: