III

Linge, Sebuah Peradaban yang Tersembunyi | bandatourism

09.07
0 komentar


Kerajaan Linge atau Kerajaan Islam Linge memang masih diliput misteri. Dikemas dalam bahasa adat gayo, seperti melengkan, saer, didong serta dongeng. Secara ilmiah, masih sangat minim meski penulis sekaliber antropolog Amerika, John R Bowen, pernah menulis sekelumit tentang gayo, dalam bukunya, Sumatran Politics and Poetics, Gayo History, 1900-1989.



Sebagai Antropolog, John R Bowen yang kemudian mengganti namanya menjadi “Aman Genali”, menulis sejarah gayo dalam bukunya setebal 298 dengan hard cover dan kertas yang bagus, secara antropolog.

Dalam pengantar buku Bowen di halaman belakang cover, dituliskannya, “When small-scale societes are intregrated into larger spheres of authority, their key cultural form are often reshaped. In this book, an anthropologis analyzes political and cultural change among the Gayo, a Muslim people numbering about 200.000,- who live in the highland of northern Sumatera. John R. Bowen , who lived among the Gayo and is fluent in their language, shows how their successive absorption into both colonial and postcolonial states has led them to revise their ritual speaking, sung poetry, and historical narrative.

Berbeda dengan Bowen, di tahun 1984, tepatnya 1 Januari, Hamzah , menuturkan silsilah Keturunan Syeh Abdurrauf Fansuri (Syiah Kuala) entah atau Muyang Kute dari Delung Sekinel Kutereje Ling ke Delung Tue Reje Guru Kecamatan Bukit Simpang Tige.

Catatan sejarah Linge ini saya dapat dari Ketua MANGO (Majlis Adat dan Kebudayaan Gayo), Mustafa AK, Selasa (18 Agustus 2009), dirumahnya di Kala Kebayakan. Menurut Mustafa AK, dia mendapatkan catatan sejarah Linge ini dari keluarga Hamzah.


Karena Hamzah sebagai keturunan Reje Linge sudah wafat. Hamzah menulis Sejarah dan silsislah Kerajaan Linge ini Tanggal 1 Januari 2009. Hamzah menyebut dirinya selaku Kwali (Wali) dan penitir (penulis).

Jika melihat kopian Sejarah Linge yang ditulis Hamzah, paling tidak ada delapan halaman. Namun tidak diberi tanda mana halaman satu hingga delapan. Masing-masing halaman sepertinya berdiri sendiri, tidak nyambung ke halaman lain.


Melihat apa yang ditulis almarhum Hamzah, tampak jelas Hamzah sangat pinter karena menitirkan sejarah kerajaan Linge – Negeri Antara disertai dengan Kompas, gambar kerajaan Linge dengan rincian, peta buta, denah dan struktur silsilah.

Saya coba menggambarkan masing-masing halaman meski tulisannya dalam kopian yang saya baca sudah banyak yang kabur. Simak di salah satu halaman ini, dituliskan judulnya Batas Kerajaan Linge Negeri Antara. Hamzah membuat gambar Bintang bersudut delapan.

Bagian atas Bintang (penunjuk arah) yang digambar Hamzah ditulis (Utara) Karakurum (Mongolia) Sebelah Selatan berbatasan dengan Antara Sara Ketike (Antartika), bagian Timur berbatasan Pas epek (Pasific) dan bagian Barat Kerajaan Linge Negeri Antara berbatasan dengan Latamadagaskar.

Diluar tulisan bintang yang menunjukkan arah bersudut delapan ini ditulis melingkar Pulo Perca. Dibawah peta ini ditulis “Pulau Perca (Asia)”.

Dalam keterangan ditulis Hamzah , Sebelah Utara berbatasan dengan Karakurum (Mongolia), Sebelah Selatan berbatasan dengan Antara Sara Ketike (Antartika), Sebelah Barat berbatasan dengan Latamadagaskar (Afrika) dan Sebelah Timur Berbatasan dengan Pas-epek (Pasific). Tulisan vocal e pada pasepek, diberi tanda garis diatasnya.

Dalam lembar yang sama (satu halaman) Hamzah juga menggambar Umah Pitu ruang yang merupakan rumah panggung. Di gambar ini, Hamzah juga membuat Bintang Tujuh di bagian atas rumah sebelah kiri. Laut dengan perahu bertuliskan Perau (perahu) Bujang Genali. Hamzah juga menulis gambar segitiga kerucut yang berjumlah tujuh dengan tulisan Pemulang Pitu Perkara. Kemudian gambar berbentuk setengah lingkaran yang bertuliskan Kal Pitu Mata.
Juga ditulis Lapan Johor Pitu Aceh
Reje di Kedah , Pahang
Kedah Ling, Kedah Malaka.
Di halaman lainnya, Hamzah menulis tikamnya) Moyang Karang Putih Kunyur (penikam Gajah) ari Buntul Kung.

Ter (berputar-putar) bergelung Ke-Asampe terus ke Umang (Utara) terus berpusing I (Timur) Jatur Kunyur ini di Hutan Rimba Bukit kunyur (Lembing) menanda di buka (Negeri) yang dipugar.

Masih di halaman yang sama, Hamzah menggambar rumah. Sepertinya juga Umah Pitu Ruang. Dilingkari tulisan Gelung Perajah. I bagian atas rumah ditulis Asam Perege (Barat). Tiur Kala Ili. Umang (Utara). S
Bagian Selatan tidak terbaca.
Mla Hoya Hoya
Belalang kupu-kupu
Tepae gelang puntu
Anak mane rebutne ari pumungku
Aku gere pane bersebuku
Wassalu wale hak-hak (Selawat nabi)
Sakku rio – rio hak-hak (enti sok ko enti rie)
Uru-urum dewe uton
Pancang Uten tertene
Nama terku
Padehne
Tom imo muk-muken wan uten so 3 X
Ane guel repa’i
Tari sakit awak
One kin ulu kudi
Ungi tareng ungak
Sing-sing ngak kesing ungi taring ungak.
Selanjutnya di halaman lain catatan Hamzah yang ditulis tangan ditulis ;
Pendari Siopat Reje Linge :
Cik Serule (Surul) Seru Lo (Lao)
Cik Beno I Penarun (Penosen) Kayu Pena
Cik Gelung Perajah I Gewat (Kunyur Pegajon
Cik Dah (Kedah) Ishak (Abd.Malik Ibrahm Ishak)
Opat Mudunie Pertama (Mulo Ara Denie)
..Ama Linge (sebelum tulisen ama linge, tidak terbaca. Saya buat titik-titik)
..Serule (Surul) Seru lao (Hari gembira)
..Pena (Kayu I penurunen kin umah Pitu Ruang)
Takengon Lut (Takengon Lut)
Opat Mudenie Kedue
..ma Serule Mulo Demu ( awal-awal warna ni bene-bene)
.. e Linge Mulo Ara (Asal Kerpe Jemarum murip)
..ak Kapal Iturki (Kapal Nabi Olah Nus AS)
..ri Rum Teridah (Baru kering Lut Lilin)
Opat Mudenie Ketige (Ketige Dunia Nampak)
..ma Reje Linge (Mulai ada raja)
..e Reje Bukit (Kebayakan)
..e Reje Patiamang (Blang Kejurun) Blang Kejeren
Opat Reje Nabuk (Merah Abuk) Lukup
Opat Mudenie Keempat (Reje-Raja)
…ma Reje Linge (Ishak)
..e Reje Bukit (Kebayakan)
Kejurun Nosar (Samar Kilang)
..Cik Bebebsen (Ayu/baru dilantik ari (dari)/Lumut (Sibolga) sisa yang tinggal kejadian..g kur Ujung Pejudin (Kute Bedarah) sisa 27 orang
Mukekawalan : 7 Linge Jadi Pengawal
(+ Selingen) di Loyang Daratan Cina
(Kalingga) di India
(Lingayen) di Filipina
(Tambra Lingga) di Malaka
(Lobok Lingga) Lubuk Linggau Sumatera Selatan
(Kota Lingga) di Kalimantan
(Purbalingga) Probolinggo di Jawa Tengah
Mukekewalan Diluar Bathin
Mata kanan (1)
Mata kiri (1)
Telinga Kanan (1)
Telinga kiri (1)
Hidung Kanan (1)
Hidung kiri (1)
Mulut (1)
Mukekawalan Lahir : Pada Diri
Sujud pada Khaliq (semah)
Tangan kanan sujud (semah)
Tangan Kiri sujud (semah)
Siopat Mudunie Batin (Dalam Diri)
1. Ate (hati) Tanoh-Mulut
2. Lempedu (empedu) Wih (air)- mata
3. Jantung (Rara) api-Telinga (kuping)
4. Sosop (Kuyu) angina – Hidung (Yung)
Terjadi Ari Siopat
1. Tanoh Pintu Gerbang awah (mulut) tanah
2. Wij (Air) Pintu Gerbang Mata
3. Rara (api) Pintu Gerbang Telinga
4. Angin (Kuyu) Pintu Gerbang Yung (Hidung)
Pemindahan Melayu Tue Linge
1. Pulau Lingga di Riau (Panglima Lingga) berkubur disana. Bapaknya Moyang Meriah dan Sengeda (Menjadi Gajah Putih)
2. Probolinggo (Jawa Timur) dibuka Wali Sembilan (Songo) dari Linge Isaq
3. Linge Garut Jawa Barat
4. Lingga Raja di Karo (Gunung Sibayakku lagu si lungun (Simalungun) Kabupaten Karo (Karo-dikejar)
Kute (Kota)
Kute Reje Linge (Delung Sekinel)
Kute Reje (Banda) Aceh) dibawa oleh Merah Johan Sultan Pertama di Aceh
Anak Reje Linge Istri Putri Ning Lian …
Masih satu halaman dengan keterangan diatas, Hamzah kembali membuat gambar penunjuk arah (Kompas) tentang Batas Reje Cik Gelung Perajah
Uken (Asam Perege) (Barat-Red)
Kutoa (Kala Ili)(Waq) Linge(Timur- Red)
Kupaloh (Burni Unyur2) (Selatan)
Ku-Bur (Umang) (Utara)
Catatan, di bagian (Kutoa) (Kala Ili) (Timur) ditulis penyelusuran dari Kuala Beukah Aceh Timur.
Masih di halaman ini, Hamzah membuat peta Tanah Gewat + Kedah (Dah) Isaq + Kedah Ishaq (Linge) Kedah Malaka , Kedah Kutereje (Banda Aceh) . Peta ini tidak saya buat karena banyak tulisan yang kabur . Didalam peta ini tertulis lokasi, nama tempat, sungai, jalan raya, Kampung.

Pada Halaman berikutnya tulisan Almarhum Hamzah yang dibuatnya 1 Januari 1984, Hamzah menulis Silsilah. Yaitu Silsilah Keturunan Syeh Abdurrauf Fansuri (Syiah Kuala) Entah atau Muyang Kute dari Delung Sekinel Kutereje Linge Ke-Delung Tue Reje Guru Kecamatan Bukit S
Simpang III (Kabupaten Bener Meriah).
I. Tuen Ta’ Umar
II. Baginda Saleh
III. Jana Katib Tue
IV. Jana Katib Mude
Dari Tuen Ta’ Umar , turunan Pertama adalah Syeh Abdurraub (mungkin Abdurrauf) Fansuri Syiah Kuala , Entah, Muyang Kute, Datok Guru.
Blang Jorong Kecamatan Bandar adalah lokasi kuburan Syiah Kuala Kute Teras.
Panglime II—Genting Rappe (Kerampe)
Guru Morang (Situmorang)
Panglime III
Merah Genting
Panglime IV
Bener Kelipah
Panglime I
Guru Merut (Dikubukan hanya Rab)
Panglime V
Gempar Alam
Diantara Gempar Alam kanan dan kiri Adalah kuburan Umum (di Lokasi kuburan Blang Jorong).
1 (satu) sampai dengan Lima inilah Panglima Sekinel delung Linge Gayo Abad ke-17, mengelilingi Barus setelah ditangkap panglima Batak ini, sujud kepada ilmu Syiah Kuala dan mengelilingi seluruh Aceh dengan panglima yang lima orang ini berangkat setiap pergi jumlah kuburan Syiah Kuala 44 buah isinya kosong.
Diwasiatkan kuburannya :
1. Atan Buntul (diatas Bukit Kecil)
2. Tuyuhni Atu (dibawah batu)
3. Pake Rak (Parit) kelilingi
4. bagian Atas ada Rumah (Tuyuh Keleten)


Silsilah Syeh Abdurraub Fansuri Muyang Kute
Syeh Abduraub memiliki dua istri. Istri Tue Delung Tue. Istri Mude Reje Guru. Dari istri tue lahir tiga anak. I. Muyang Ulu Tanoh Belang Kejeren. II. Muyang Mang Lho Seumawe.III Muyang Petukel Blang Jorong.


Muyang Ulu Tanoh Blang Kejeren tidak ditulis keturunannya. Hanya disebutkan keturunan di Belang Kejeren dan Meulaboh.


II. Muyang Mang Lho Seumawe-Muyang Kelowang—Bayu-Reje Banta-Abd Latif Aman Maryam-M.Yunus.


III Muyang Petukel Blang Jorong-Muyang Mungkur Isaq- Muyang Pase-Muyang Peterun-Dik La’i-Tgk. Mahmudin-Jakfar A. Guntur.


Dari Istri kedua Syeh Abdurraub Fansuri Muyang Kute, yakni Reje Guru-Muhd. Jewe Muyang Beram Lho Seumawe-Datu Penacih Bintang-Mukmin Tgk Bernun. Mukmin Tengku Bernun memiliki dua keturunan, M. Kuali dan Tengku Tapa.


M.Kuali memiliki keturunan Mohd Syeh Reje Guru dan Sulaiman. Muhammad Syeh Reje Guru memiliki dua istri. Anak dari istri Tua Syeh Reje Guru adalah (1) Keruh Reje Daud, (2) Inen Aminah, (3) Semi’ah Inen Catur , (4) Rani Inen Tetunyung, (5) Rukah Inen Banta.


Dari istri kedua Muhammad Syeh Reje Guru, ( 1) Jernih, Midah I Mude Entan (I), Bujang ( Syiah Kuala)…Bukit Muli. Dari Bujang (Syiah Kuala) (I) Hamzah Selaku Kuali Mahniar (II) Selamah Mirwan.


Keterangan :
Dikaki Gunung ada dua mata air. Yang satu airnya jernih dan yang satunya keruh. Kualanya ke air panas (Gunung Gerdong). Lahir anak Mohd Syeh (Reje Guru) sekali lahir anak istri tua dan istri muda, maka dinamai 1 Keruh, 1 Jernih.

Disalah satu halaman lainnya, sebut saja halaman terakhir dari tulisan tangan Hamzah, dia memakai dua halaman buku untuk menuliskan sebuah skema silsilah ,”Kute Kedah Asal Usul Datu Pitu”.


Skema Asal Usul Datu Pitu dimulai dari Adik Sultan Machdum Malik Ibrahim Sultan Perlak Syeh Abd. Malik Ibrahim Hak (Datu Peski) Tahun -80,6 (?) Kuburan di Kebayakan.


Tok Merah Mersa Negeri Isaq (Kuburannya di Belakang Pendopo Bupati Aceh Tengah)


1. Merah Putih (Pergi ke daerah Kiran dari Beracan, kemudian bernama Kampung Negeri Merah Due (Mereudu)


2.Merah Item (Pergi ke daerah Kiran dari Beracan, kemudian bernama Kampung Negeri Merah Due (Mereudu)


3.Merah Bacang Hulu Sungai Seunagon (Senedun)


4. Merah Jernang –pergi ke Barus (Tapanuli)


5. Merah Silu (Malik Ibrahim) –Pergi ke daerah Lukup dan Blang Kejeren. Malik Ahmad (Reje Jempa) pergi ke Jempa Pesangan yang mendirikan Kala Jempa periode II. Malik Saleh =Merah Silu II Reje Pase dan keturunanannya. Malik Abdullah (Raja Jempa) Merah Jepa (Miga) Merah Singkuna dan keturunannya.


6.Merah Pupuk (Pergi ke Negeri Daja)


7.Merah Mege (Yang jatuh kedalam sumur….(Loyang Datu) dekat Kute Rayang dan ditolong oleh seekor anjing.Si Pase anak yang paling kecil….ayahnya Tok Merah Mege..sedangkan sudaranya yang enam orang membiarkannya dalam sumur hingga datang ayahnya mengambilnya sendiri.


Dibawah skema silsilah ini juga ditulis tantang Buntul Linge :
Buntul Linge :
-Linge (Bukit)
-Jamat
-Delung
-Sekinel
-Pertik
-Nasuh
-Tukik
-Kutereje
-Payung
Beno Penarun
-Cik Beno
Owak
-Kerlang
Lot
Kala
Serule
Bukit
Cik
Lot
Gelung Perajah Gewat :
Nalun Gewat, Genting
Pengulu Akim (Tenamak)
Pengulu (Bedak Bale)
Pengulu Mungkur
Pengulu Uning
Pengulu Tiro (Cik Tiro)
Pengulu Bungkuk
Pengulu Owak
Pengulu Lumut
Pengulu Kung
Pengulu Loyang (Gunung) (Akim)
Kedah (Isaq)
Kute Keramil
Kute Meriem
Kute Rayang
Kute Robel
Kute Baru (Kerawang)-Gading-Kemulo-Kala….-Air Asin-Pepumu
Jagong-Gegarang
Gemboyah –Batu Lintang

Keterangan : Dari Sebelah Syeh Andurraub : Persembahyangannya, 1. Batu Mesjid. 2. Buntul Pedim.3. Buntul Uber-uber. 4. Buntul Drakal (Blang Rakal), 5. Buntul Wih Lukup-Buntul Telege (Lut Atas).


Tuen Ta’Umar : Terbang dari Mekah, Jatuk Pangkatnya di Lho Seumawe, sewaktu diambilnya pangkatnya itu terangkatlah dengan tanahnya, maka tanah itu langsung diangkat ke Bur Telong (Gunung Gerdong dan menjadi laut kucak (danau) kecil itu maka rasa air danau itu asin sampai sekarang. Diatasnya ada telaga kecil seperti dibeton dan persembahyangan. Nama pangkat Syeh (Tuen Ta’ Umar yaitu (Belah Kamar)


Datu Peski , Datu Peski (Abd Malik Ibrahi Ishak, kakeknya Merah Mege, kuburannya diats telaga Peski. Sekarang Kuburan Orang Gunung, sebelah Utara Kebayakan (Suami Istri). Dan Merah Mersa dikuburkan di Belakang Pendopo Takengon (di dapur rumah bupati). Dan Merah Mege berkubur di di Dekat Loyang Datu Isaq dan saudaranya yang enam semua melarikan diri membuka negeri masing-masing sebagaimana diatas takut kena ancaman dari Bapaknya dari Bapaknya Muyang Mersa akibat menjatuhkan adiknya kedalam Sumur.
Keterangan lainnya di halaman ini, diterangkan :
Kejurun (Presiden)
Arti Kejurun (Presiden) Juru Mudi
Juru Kemudi, Juru membuka negeri
Juru mengharungi air bah
Reje (Raja, Wakil Presiden)
Arti Reje (Raja) Remalan Jemot, Remalan Jem, Remalan Jamut, Renelen Jemen (Reje)
Dihalaman Asal Usul Datu Pitu ini, disebutkan Penulis Wasiat adalah Raja Cik Gelung Prajah Gewat Mohd. Asa Saleh Abarita (Bertanda tangan),


Banyak orang yang mengeluhkan bagaimana langkanya sebuah buku tentang sejarah Gayo, secara ilmiah atau versi dongeng yang didongengkan pengantar tidur. Itupun dahulu kala. Karena orang tua di Gayo saat ini, tidak lagi pernah mengantar tidur anak atau cucunya dengan “Dongeng Kerajaan Linge”, karena digantikan sinetron.


Misteri Gayo, sejarah , budaya dan peradabannya, memang belum terbuka penuh. Penggalan-penggalan, kepingan data , fakta dan dongeng tentang sejarah Gayo, suhuf –suhuf yang tersebar (istilah Yusradi Usman Algayoni, Mahasiswa S-2 USU Medan , Geo Linguistic ), masih tersebar. Sebarannya bisa dimana saja di Antero Aceh , Indonesia bahkan dunia. Karena saat Van Dalen membantai kawasan pedalaman Aceh Pegunungan, dalam rangka memperluas jajahannya , pasukan Belanda selain mengeksekusi warga Gayo dalam benteng-benteng pertahanan dengan senjata moderen senjata api laras panjang dan pendek, juga membawa barang berharga milik Kerajaan Linge. Bahkan konon, di Museum-Museum Belanda banyak disimpan barang milik Kerajaan Linge atau penduduk Linge. Demikian halnya di Perpustakaan Leiden Belanda, terdapat tidak kurang dari 15 buku tentang Gayo.


Gayo di jaman pra sejarah malah terkuak dan Absolut sudah ada hunian di Dataran Tinggi Gayo (Datiga) , Tepatnya di ( Rock Shelter / Abris Sous Roches Mendale ) Ceruk Mendale, Kecamatan Kebayakan sejak 3500 tahun lalu. Hal ini dibuktikan oleh peneliti Balai Arkeologi Medan (Balar) dengan ditemukannya ‘Batu Kapak Persegi” yang berusia 3500 tahun.

Fakta ini menunjukkan bahwa Ceruk Mendale pernah dihuni oleh peradaban Neolitik 3500 tahun lalu.Akhir – akhir ini, gerakan atau keinginan untuk mulai mengumpulkan kepingan sejarah gayo yang tersisa mulai santer dikalangan generasi muda Gayo. Bukan berarti generasi gayo menjadi rasis atau ekslusif, tapi karena keinginan mengetahui identitas dan tentu saja harga diri sebagai sebuah suku, bangsa yang selama ini dimarginalkan dalam banyak hal. Sayangnya lagi, sebagian generasi gayo lainnya yang permissive, tidak peduli pada identitas diri sebagai “Urang Gayo” yang dikenal sangat demokratis dengan sistim pemerintahan “Sarak Opat”. Pemerintahan yang Demokrasi dan bukan Kerajaan yang turun temurun.


Ada pencerahan sejarah Gayo dari bangkitnya generasi gayo saat ini akan pentingnya sejarah 
sebagai identitas diri. Bukan hanya sejarah saja, tapi juga upaya penyelamatan “Basa Gayo” yang dikenal sangat lengkap, santun dan berbeda dengan bahasa Aceh umumnya di daerah Pesisir.


oleh : Win Rudhi Bathin
by gayobelangi.blogspot.com






If You Enjoyed This Post Please Take a Second To Share It.

You Might Also Like

Stay Connected With Free Updates

Subscribe via Email

0 komentar: