Setelah menempuh perjalanan darat kurang lebih 10 jam dari Bengkulu, akhirnya Tim Sumatera 3 tiba juga di Palembang. Menghabiskan malam di jalanan, kami sampai di Bumi Sriwijiaya pada pagi hari.
Perhentian pertama kami adalah Masjid Agung Palembang. Masjid yang terletak tak jauh dari Jembatan Ampera ini kami jadikan start point untuk mengamati hiruk-pikuk Kota Palembang. Saya pikir kondisinya seperti Bandar Lampung atau Bengkulu, yang jalan-jalan kotanya tidak begitu besar dan terkesan 'kecil' bagi saya jika pembandingnya Jakarta dan Surabaya.
Tapi, kesan pertama saya tentang Palembang adalah kota ini metropolitan juga. Bahkan, Palembang dicanangkan untuk menjadi International City. Saya pun baru tahu kalau Palembang memang kota kedua terbesar di Sumatera setelah Medan. Tidak perlu dikerutkeningkan.
Saya masuk ke dalam areal masjid terbesar di Palembang ini. Mengagumi menaranya yang menjulang dengan ketinggian 30 meter dan berdiameter 3 meter. Menara yang pertama kali dibangun pada 1753 ini berada di bagian kiri masjid arah selatan (Jalan Merdeka).
Ujung menaranya berbentuk melengkung, mirip ujung menara sebuah klenteng. Pengaruh arsitektur Cina ini juga tampak pada puncak Masjid Agung yang berupa atap mustaka. Rupa mustaka yang menjurai, melengkung ke empat ujungnya ini, akan mengingatkan siapa pun pada bangunan khas China. Menara kedua yang berbentuk persegi dibangun pada 2 Januari 1970 dengan ketinggian 45 meter. Biaya pembuatannya ditanggung oleh Pertamina dan diresmikan pada 1 Februari 1971.
Setelah membasuh muka dengan air keran yang menyegarkan, saya keluar dari gerbang masjid yang arsitekturnya dibumbui oleh gaya Eropa. Pintu masuknya besar dan tinggi dengan warna cat kuning telur. Gerbang utama yang saat itu tergembok diapit oleh dua gerbang di sisi kanan dan kiri yang berukuran lebih kecil. Pagi itu, saya jumpai hanya gerbang di sebelah kanan yang dibuka.
Masjid yang telah berusia 263 tahun ini aslinya bernama Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo ini. Tak lain karena dialah yang mendirikan masjid yang konon terbesar di Nusantara saat itu. Pembangunannya berlangsung kurang lebih 10 tahun, yakni sejak 1 Jumadil Akhir 1151 H (1738 M) hingga 28 Jumadil Awal 1161 H (1748 M).
Bangunan utama Masjid Agung tetap dipertahankan keasliannya hingga kini. Sebagaimana masjid dan bangunan kuno bersejarah lainnya, perbaikan demi perbaikan pun dilakukan. Sejak tahun 2000 masjid ini direnovasi dan selesai pada 16 Juni 2003 yang diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri.
Masjid yang berlokasi di pusat Kota Palembang, tepatnya di Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I, ini tak jauh dari Benteng Kuto Besak, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Monumen Ampera, dan Jembatan Ampera. Cukup dengan berjalan kaki, Anda bisa mendatangi semua tetenger Palembang ini.
Jika lelah melanda, mampirlah di kedai-kedai makanan yang tersebar di sekitar masjid. Beragam kuliner khas Palembang akan mudah Anda temui.
by aci.detik.travel