Ladang luas bernama Sinahari ternyata menyimpan segudang cerita mengenai peradaban Suku Alifuru yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Manusela. Daerah ini pun dianggap kramat oleh mereka karena memiliki batuan besar yang digunakan untuk menyimpan jenazah sebagai pemakamannya.
Pola pemakaman ini bisa dibilang hampir mirip dengan pemakaman adat yang berada Toraja, Sulawesi Selatan. Dimana jenazah tersebut diletakkan di atas tebing batu yang tinggi dan dibiarkan hingga menjadi tulangnya saja, mereka menganggap kematian adalah bukan akhir segalanya, melainkan arwah dari jenazah tersebut sedang mengalami perjalanan kedunia yang berbeda atau biasa disebut dengan Puya.
Lain halnya dengan Suku Alifuru, mereka menempatkan jenazah tersebut di sebuah Liang, yakni batu yang dianggap kramat dan memiliki nilai magis sebagai pemakamannya. Bentuk batu yang dipilih pun tidak terlalu besar, asal terdapat celah atau gorong-gorong pada bagian bawahnya maka bisa dijadikan pemakaman. Karena mereka menganggap manusia pertama yang menginjakan kakinya di bumi itu berasal dari batu, oleh karena itu jika meninggal mereka pun harus kembali ke batu.
Uniknya lagi, jenazah yang akan dimakamkan harus ditempatkan sebagaimana kebiasaan sehari-harinya. Jika jenazah tersebut semasa hidupnya suka tiduran maka dia akan ditidurkan pula pemakamannya, begitu juga jika dia suka duduk bersila, maka harus sama dengan pemakamannya. Hal ini tujuannya agar para arwah dari jenazah tersebut tidak marah dan tidak mengganggu para anggota keluarga lainnya yang masih hidup, Jelas Abdullah Tualey (32) yang juga masih keturunan Suku Alifuru.
Jenazah yang sudah dimakamkan akan ditinggal begitu saja hingga bau busuk menyengat hingga menjadi tulang-belulang. Bahkan tidak sedikit jenazah tersebut menjadi santapan bagi binatang buas. Saat kami berusaha untuk melihat pemakaman tersebut, hampir bagian tulang dari jenazah tersebut tidak lengkap.
Tualey kembali menjelaskan kepada kami mengenai proses adat kematian Suku Orang gunung ini, jika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia, maka rumah yang mereka tempati tersebut harus ditinggalkan, begitu juga dengan segala bentuk barang yang pernah dipakai oleh orang yang meninggal tersebut. Merela menganggap kalau tidak berpindah rumah, arwah dari jenazah tersebut akan membawa petaka bagi anggota keluarga yang lain. Maklum saja, agama yang mereka anut ini masih animisme.
Tidak hanya rumah saja yang ditinggalkan, ladang mereka pun ikut ditinggalkan. Terlihat memang aneh bagi orang awam, namun itulah adat tradisi yang sudah membudaya di kehidupan Suku Alifuru. Meski demikian ada nilai positif yang terkandung dalam prosesi pemakaman tersebut, yakni meninggalnya sesorang yang menjadi bagian dari sebuah keluarga tidak perlu ditangisi, melainkan harus ikhlas melepas kepergiannya.
Mungkin nilai seperti inilah yang ingin ditunjukan oleh masyarakat pedalaman seperti Suku Alifuru ini. Mereka melahirkan adat istiadat sebagai sebuah nilai dari kebudayaan yang nantinya akan diteruskan oleh anak cucu mereka.
by aci.detik.travel