Oleh Ismail Sulaiman, Dosen STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa Aceh, Fellow Research Student di Leiden University, melaporkan dari Madrid
SEBUAH pengalaman sangat berharga bagi saya karena dapat mengunjungi kota-kota bersejarah di Andalusia. Juga sangat berguna untuk mengenal lebih dekat masa-masa kejayaan Islam di Spanyol. Program ini disponsori oleh Leiden University, Belanda, di bawah koordinator The Indonesian Young Leader Program.
Andalusia adalah daerah di Spanyol yang pernah dikuasai oleh Islam selama tujuh abad. Andalusia berasal dari bahasa Arab, diambil dari nama sebuah wilayah di Semenanjung Iberian yang dipimpin oleh muslim pada masa antara 711-1492 Masehi. Sisa-sisa peninggalan masa kejayaan Islam di wilayah Andalusia ini, seperti di Granada, Cordova, dan Sevilla masih bisa dilihat walaupun sudah banyak yang musnah dan kini hanya tinggal puing saja.
Setelah terbang dua jam dari Eidhoven, saya akhirnya tiba di Kota Madrid. Kota terbesar setelah Barcelona ini terkenal sebagai kota metropolitan, pemerintahan, dan tentu saja sangat dikenal pencinta sepakbola sebagai markas Real Madrid.
Selama dua hari di Madrid, saya berkunjung masjid kota ini. Masjid bergaya timur tengah ini berdiri megah di tengah kota. Dengan pelayanan yang ramah, kami dipersilakan masuk masjid.
Di kompleks masjid yang sekaligus menjadi pusat kegiatan Islam itu, juga terdapat museum kecil tentang Islam, termasuk mushaf Alquran Indonesia. Saya coba cari tahu berapa banyak orang muslim di Madrid. Menurut informasi dari jamaah masjid, trend jumlah muslim di Spanyol terus meningkat. Mereka berasal dari keluarga imigran yang menetap di Spanyol maupun warga Spanyol sendiri yang pindah ke Islam.
Dua hari di Madrid, tujuan selanjutnya adalah Granada. Kota ini merupakan bekas wilayah kekuasaan Islam. Di sini kita dapat menyaksikan keindahan Istana Alhambra yang masih berdiri kokoh. Alhambra yang dalam bahasa Arab berarti merah adalah istana yang berdiri megah di atas bukit. Ini masih dapat kita saksikan sampai kini. Alhambra merupakan kompleks istana dan benteng yang dibangun pada pertengahan abad ke-13 oleh Bani Umayyah di Al-Andalusia yang berada di perbukitan Kota Granada.
Kompleks monumen Alhambra ini meliputi beberapa bagian, yakni Charles V Palace, Medina, Alcazaba, Rauda, Nasrid Palace, dan Generalife. Sebelum memasuki Nasrid Palace, terlihat bangunan Charles V Palace. Istana ini dibangun tahun 1533 setelah Granada diambil alih oleh Raja Katolik pada tahun 1492.
Di dalam istana saya lihat taman yang luar biasa indah penataannya. Generalife merupakan tempat bercengkrama para bangsawan, ratu, dan raja. Generalife adalah sebuah ungkapan yang diadopsi dari bahasa Arab, yakni “Yanat-al-Arif” yang artinya kebun arsitek. Tempat ini dibuat seperti taman dan air mancur dengan aneka bunga dan tatanan taman yang canggih kala itu.
Ukiran kaligrafi pada batu marmer hampir terlihat di semua dinding utama istana. Tulisannya: wala ghalibu illallah yang ditulis berulang-ulang di dinding marmer dan sarat motif.
Istana Alhambra ini disebut juga istana yang penuh puisi. Di setiap ornamen istana pualam yang terukir indah itu terdapat puisi-puisi bernilai sastra tinggi. Di antaranya ditulis oleh pujangga termasyhur kala itu, Ibnu Zamrak.
Pada masa kejayaan Islam di Andalusia banyak lahir cendikiawan Islam terkenal. Sampai sekarang ilmu mereka menjadi acuan para ilmuwan dunia, seperti Avicena alias Ibnu Sina (pakar ilmu kedokteran), Ibnu Khuyun (ahli pertanian), Abdul Ghafar (ahli katarak), Al Zahrawi atau Abulcasis (ahli bedah modern), Ibn Rushd (Averroes, filsuf), Al Idris (pembuat globe atau bola peta dunia), Al Zarqali (Arzachel, astronom, penemu kalender almanak), dan Ibn Firnas (pembuat cikal bakal pesawat terbang dan parasut).
Penjelajahan saya selanjutnya adalah Kota Cordova. Di sini terdapat Masjid Agung Cordova atau La Mezquita yang dibangun tahun 785 oleh Abdurrahman I. Pada abad 16 Cordova jatuh ke tangan kaum Kristen, lalu masjid ini diubah fungsinya menjadi gereja. Bagian tengah masjid dibongkar dan ditambahkan katedral bergaya Gothic. Sedangkan menara masjid diubah menjadi menara untuk lonceng gereja. Selebihnya masih tetap dipelihara dan dipertahankan keasliannya.
Kota Sevilla adalah tujuan terakhir saya. Di kota inilah Cathedral la Giralda dan Real Al Cazar Palace berdiri. Kedua tempat ini bekas peninggalan kerajaan Islam. Lokasi Istana Real Al Cazar berdekatan dengan Sevilla Cathedral. Tempat ini pernah menjadi kediaman raja-raja Islam dan Kristen. Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, sang penakluk kekuasaan Islam, adalah orang yang pernah tinggal di sini.
Real Alcazar berfungsi sebagai benteng pertahanan umat Islam pada tahun 913 M. Setelah menjelajahi Sevilla dan menyaksikan sisa puing kejayaan Islam di Andalusia, tiba saatnya saya kembali. Ada pelajaran yang berharga bagi saya dari perjalanan mengesankan ini bahwa perpecahan adalah awal dari kehancuran dan persatuan adalah modal kejayaan. Salam damai dari Spanyol.
by aceh.tribunnews.com