BANDA ACEH – Sejumlah objek wisata di Banda Aceh masih perlu dibenahi oleh Pemerintah Kota Banda Aceh, untuk menarik pengunjung dalam rangka Visit Banda Aceh Year 2011. Salah satunya adalah Kapal Apung di Desa Punge Blang Cut.
Saat Atjeh Post mengunjung tempat itu, Minggu 15 Mei 2011, tempat itu ramai dikunjungi wisatawan lokal, bahkan ada beberapa wisatawan asing terlihat di sana. “Tempat ini rata-rata dikunjungi oleh 1.000 orang perminggunya,” kata Ari, salah seorang pengelola.
Menurutnya, pengelolaan Kapal Apung diberikan kepada masyarakat Desa Punge Blang Cut, tempat kapal yang diserat tsunami itu berada. Pengelolaan belum maksimal, masih butuh perhatian pemerintah. “Masih semberaut, terutama tempat berjualan warga di sekitarnya, belum rapi,” ujar Ari.
Menurutnya, pagar keliling telah dibangun di sekitarnya. Harapannya, Pemda Kota Banda Aceh dapat membuat lahan parkir menjadi bagus, membangun semisal tempat pusat jajanan kuliner dan juga souvenir. “Ini untuk kenyamanan pengunjung, biar bertambah banyak yang ke sini,” ujarnya.
Pengunjung kapal apung memang tidak dipungut karcis untuk naik ke kapal itu. Hanya ada semacam kotak amal bagi pengunjung untuk menyumbang. Dana tersebut kemudian dipergunakan untuk kebersihan dan pembangunan desa. “Kalau mengharap dari sumbangan pengunjung yang sudah ada untuk membangun lebih baik, tidak maksimal,” sambung Ari.
Kapal Apung adalah sisa kedasyatan tsunami 26 Desember 2004 silam. Saat tsunami datang, kapal yang difungsikan sebagai pembangkit listrik di lepas pantai, digiring ombak raya ke tengah pemukiman warga. Alhasil, berlabuhlah kapal berbobot mati 2.500 ton dengan panjang 63 meter ke darat.
Sebelumnya, Walikota Banda Aceh, Mawardy Nurdin saat peluncuran visit Banda Aceh Year 2011, mengatakan objek peninggalan tsunami merupakan andalan untuk dikunjungi wisatawan. Selain museum tsunami dan kapal apung, juga kawasan Ulee Lheu dan kapal di atas rumah di Lampulo. Di luar itu masih ada situs sejarah yang menarik untuk dikunjungi, seperti Taman Putroe Phang, Gunongan dan Museum Rumoh Aceh.