III

Ceritaku di Penang | bandatourism

23.44
0 komentar


Kampus Universiti Sains Malaysia (USM). Suatu pagi gelap gulita di akhir bulan November 2010, ketika itu aku berada diantara 27 mahasiswa yang baru menginjakan kaki di negeri  jiran itu.

Mata masih sayu, sibuk mengurusi koper dan tas ransel yang diturunkan dari bus. Pagi itu tak ada yang dapat dilihat, rasa penasaran masih menghantui bagaimana bentuk landscapce pulau pinang yang kami duduki ini.
“Satu bilik satu orang,” kata cek hamdan, pegawai di Hal Ehwal pelajar USM. Ketika hendak memberikan kunci penginapan kepada kami.
Cek hamdan malam itu ditemani dengan seorang temannya yang bernama cek botak, pangilan akrab yang sering dilontarkan cek Hamdan.
Pukul 08.30 waktu Malaysia, baju biru sepakat kami kenakan. Kami berkumpul di Desasiswa (Asrama), tak begitu jelas tulisan yang ada pada diding nama desasiswa itu.
Awal perjalanan kami ditemani cek Hamdan, pagi itu ia mengenakan kaos merah dilapisi jaket coklat. Hanya berjalan beberapa meter mataku tertuju pada barang-barang dagangan yang terpajang disepanjang jalan itu. Baju bertuliskan USM, gatungan kunci dengan berbagai bentuk kreatif bertuliskan USM, handuk USM, payung USM, jasa lukisan sketsa wajah, jilbab, perhiasan wanita bahkan sampai boot yang bertuliskan Ayamazz Roti Impit terpajang di sepanjang jalan menuju ke perpustakaan USM.
“Pameran ini berlansung sampai  19 Desember karena ada pelajar jarak jauh,”unjar salah seorang pedangang yang berjualan baju USM.
USM memang sedang manjalani cuti tahunan bagi setiap siswazahnya (Mahasiswa), namun ditengah-tengah itu kegiatan di USM  tak pernah sunyi dengan pelajar-pelajar. Untuk tahun ini saja pelajar jarak jauh yang aku temui ada yang datang dari irak dan dari nigeria dan masih banyak pelajar jarak jauh dengan berbagai profesi ikut menimba ilmu di kampus yang dijuluki juga sebagai kampus dalam taman itu.
Pembangunan kampus USM mengikuti bentuk landscape yang ada, tak dibenarkan menebang pohon-pohon secara berlebihan. USM dibangun tahun 1969. USM mempunyai siswazah kurang lebih 16.000 siswazah tersebar di tiga tempat.
Banyak hal yang kutemukan disana, salah satunya adalah bagunan yang tertata dengan rapi dan disepanjang jalannya tidak terlihat sampah. Bagunan-bagunan asli peninggalan Britist pun masih terjaga dengan rapi.
Konon USM merupakan tempat pertahanan bagi Britist, Inggris yang saat itu ingin menduduki semenanjung Malaysia memulai pergerakannya dengan menguasai puncak tertinggi di pulau pinang, oleh karena itu banyak bagunan-bagunan peninggalan Inggris yang dijadikan bagunan kampus. 
Pagi itu kami sarapan di kantin  yang baru dibangun, diatap bagunannya tampak air yang mengalir tanpa henti, kursi yang dipajang dengan meja berlapiskan kaca terlihat menawan menemani kami pagi itu.
Sibuk mengabadikan gambar, aku tak dapat menikmati lezatnya nasi lemak seharga RM1,60. Akan tetapi roti berisikan daging mampu menhan rasa laparku. Jus jeruk, jus Blueberry dan Jus Mawar adalah sebagian menu yang ditawarkan di kantin itu.
Dari kejauhan tampak gedung-gedung yang melanjung tinggi dengan bingkai gunung. Dihadapan kantin itu berdiri sebuah gedung yang dijadikan pusat pargelaran kesinian, kebetulan saat itu akan diadakan pargelaran kesenian tahunan dari berbagai negeri dari kerajaan Malaysia.
Perjalanan pun dilanjutkan dengan  mengujinggi pusat perniagaan siswazah USM, bagunan yang dikhususkan untuk pelajar-pelajar USM.
“Bagunan-bagunan ini akan segera diganti dengan bagunan yang baru, “ ucap cek Hamdan.
Memang USM menyediakan tempat khusus bagi mahasiswa untuk berniaga. Konsep yang ditawarkan pun cukup menarik, pelajar tidak perlu membayar terlalu mahal untuk menduduki tempat tersebut. Namun, untuk dapat masuk kedalamnya tentunya setiap mahasiswa harus melawati belbagai macam seleksi dan setelah melewati seleksi tersebut mereka diberikan gerai secara percuma.
Awal bisnis mahasiswa memang didampinggi oleh pihak khusus dan segala halnya selalu didukung oleh pihak universitas, akan tetapi untuk modal usaha para siswazah harus memilki modal sendiri untuk mengebangkan usaha.
Ada beberapa tempat yang disediakan bagi mahasiswa untuk berkreasi tentang bisnisnya, diantara mereka ada yang berjualan baju, jibab, digital printing dan hal lain yang dibutuhkan mahasiswa. Sayangnya dalam lawatan kami ini banyak gerai mahasiswa yang tidak dibuka, tak tahu apa penyebabnya sepertinya karena cuti tahunan kampus itu.
Jabatan Canselori Hal Ehwal Pelajar adalah tempat tujuan kami selajutnya,  sebelum memasuki ruangan tersebut kami disambut dengan pemandangan yang sangat menakjukan. Di bagian depan USM terlihat bentangan kolam renang yang sepertinya adalah milik universitas, sedikit mengarahkan badan kesebelah kanan terlihat baguan  yang melanjung tinggi ke udara.
Cek Erwan pertama sekali membuka pertemuan itu, ia masih muda dan ia juga ikut berperan membantu korban tsunami Aceh 26 Desember 2004 lalu.
Tak lama kemudian muncul seseorang yang sepertinya orang yang dituakan dibagian Hal Ehwal Pelajar USM. Datok Nurdin namanya. Ia yang mempresentasikan bagian hal Ehwal Pelajar.
Hal Ehwal Pelajar adalah salah satu bagian dalam struktur Universiti Sanis Malaysia, Hal Ehwal Pelajar turut membantu setiap kegiatan mahasiswa dalam berbagai hal, termasuk dalam hal entrepreneurship. Sebut saja dalam hal lain USM akan mengirim siswazahnya ke Hongkong dalam rangka lawatan.
Tak ingin membuang waktu lebih lama, usai menghadiri lawatan makan tengah hari di Hal Ehwal pelajar kami langsung diarahkan menaiki bas(bus) menuju pulau Langkawi.
Pulau Langkawi adalah salah satu pulau yang berada di dekat pulau pinang, membutuhkan waktu dua jam lebih dalam perjalanan menaiki fery.
Pulau Langkawi  merupakan pulau bebas cukai, wajar saja barang-banrang yang ada disana sangat murah dan terjangkau ringit mahasiswa. Coklat, Bir, Rokok adalah barang yang banyak dikagumi oleh wisatawan asing maupun wisatawan lokal.
Akan tetapi tidak termasuk kami, hanya coklat yang disajikan dengan berbagai bentuk dan rasa menjadi menu favorit untuk oleh-oleh. Ada hal yang menarik yang dapat aku tangkap disepanjang jalan pulau pinang, benda kreatif seperti gantungan terbuat dari besi, kayu dan manik-manik.
Keseluruhan barang yang dipajangkan disana terbuat dari hasil kreasi tangan dan memiliki belbagai bentuk menarik.
Selain coklat, masih banyak benda-benda lain yang menaji unggulan pulau langkawi, bagunan yang disepanjang jalannya merupakan bagunan yang sengaja didesain sebgai ruko.
“kita selajutnya akan menuju pulau langkawi, disana you all semua akan bertemu dengan siswazah USM yang sedang mengikuti pelatihan entrepreneurship,” ungkap cek Hamdan.
Perjalanan ke pulau langkawi memakan waktu setengah hari dengan menaiki bas, kedah adalah salah satu negeri yang kami lewati sebelum sampai di pelabuhan fery.
Disepanjang sisi jalan tumbuh pohon karet dan sawit yang menjadi komoditas ekspor negara kerajaan tersebut. Rumah-rumah yang tersusun rapi dan bersih menjadi ciri khas pulau pinang.
***

Hotel Chandek Kura  adalah tempat kami menginap selama dua malam, betul apa yang telah disampaikan oleh cek hamdan bahwa disana telah menanti siswazah USM yang sedang mengikuti pelatihan enterpreneurship.

Tak ingin kalah dengan siswazah USM , kami juga diajarkan oleh cek Erwan tentang entrepneurship.
Hal yang paling utama dalam suatu bisnis, apalagi bagi pemula adalah fokus dan usahakan dalam bisnis mulai dengan bisnis trading atau bisnis yang mengambil barang dari orang.
Dari Dr Mahmod sabri Haron, “Lebih baik kita bekerja keras selama 16 tahun, tapi menikmati hasil kerja keras kita selama 42 tahun,”
Inti daripada apa yang disampaikan oleh Dr Mahmod adalah lebih baik kita berusaha menjalankan bisnis dan penuh dengan berpikir selama enam belas tahun lamnaya dan setelah itu kita  dapat menikmatinya kemuadian, sellain untuk pribadi kita sendiri tentunya untuk orang lain kita juga dapat berbagi.
Dalam berbinis tentunya akan membutuhkan tenaga kerja, dari situlah kita dapat membantu orang lain untuk mendapatkan penghasilan.
Hal lain yang ditekankan oleh Dr Mahmod adalah dalam setiap perjalanan kami melawat ke negeri Jiran adalah benruk dokumentasi. Bukan dokumentasi pribadi, akan tetapi dokumentasi seperti mengabadikan kegiatan masyarakat dan melihat bisnis apa yang dapat dibawa dan dikembangkan  di Aceh.
Dr Mahmod juga mencontohkan produk yang semula dianggap hal yang hina dapat dijadikan nilai jual yang sangat tinggi. Kotoran manusia  salah satunya, kotaran manusia yang dijual bukan dari sisi kotorannya akan tetapi dijual sebagai benda seni.
Disana terdapat value added, nilai tambah yang ada disini adalah nilai yang muncul karena adanya ide kreatif. Ide kreatif itu muncul dengan melihat dan mendokumentasikan.
Value best pricing merupakan suatu ide dan ide itu harusnya hanya kita saja yang tahu dan jangan beritahu orang lain.
Keesokan harinya perjalanan mengitari Pulau Langkawi diawali dengan mengujungi sektor usaha yang menciptakan 44 jenis produk dengan satu bahan baku. Minyak Gamat, begitu sebutannya.  Minyak Gamat merupakan minyak yang diambil dari hewan berbentuk ulat yang hidup di karang-karang laut.
Sebelum menjadikan minyak gamat ke dalam belbagai produk ,  terlebih dahulu minyak tersebut di rembus hingga berjam-jam hingga pekat. Setelah itu baru minyak tersebut dikemas dan dijadikan produk-produk yang bermamfaat bagi manusia, salah satu mamfaat minyak gamat adalah dapat memperhalus kulit, menghilangkan bekas luka maupun jerawat. Sebelum dijadikan produk, minyak gamat selalu melewati kajian dan research dalam bentuk tradisional  maupun bioteknologi.
Perjalanan pun dilanjutkan dengan mengujungi cable car , sebelum memasuki wilayah cable car terlihat berbagai macam jenis usaha, yang paling menarik adalah ternak kelinci. Ternak kelinci selaian menjual kelinci dengan belbagai jenis kelinci juga menyedikan jasa sekedar memagang dan masuk ke dalam kandang. Keistimewaan lainnya adalah pihak pengurus menyediakan makanan seperti wartel untuk kelinci sebelum memasuki kandang.
Bentuk kios yang dijejerkan di sisi jalan berbentuk seperti rumah  dan tentunya rapi, disana juga terdapat restoran jepang yang menyajikan masakan-masakan Jepang.
Disepanjang jembatan yang  kami lewati terlihat bendera-bendera dari belbagai negara, tentunya hal ini akan menjadi pusat perhatian dan dapat dijadikan objek berfose yang menarik.
Sistem yang digunakan memasuki cable car adalah sebelum masuk, pengunjung wajib membeli tiket seharga RM18 bagi wisatawan asing dan RM8 bagi wisatawan lokal.
Pertama menaiki cable car memang suatu pengalaman yang luar biasa, dari ketinggian beratus-ratus meter kami melihat segala sisi pulau langkawi dengan atribut wisatawan asing. Tak ada  henti-hentinya cable car beroperasi, hampir setiap menit sekali pengunjung dibawa ke punjang.
Suasana puncak yang indah membuat kita  ingin berlama-lama, dalam pikiranku terbesit dengan apa mereka dapat membuat ini.
“Mungkin kalo kita buat ini disana,” tanya Ilham kepadaku, salah satu peserta  International Entrepreneurship  Program.
“Mungkin saja,” ku jawab dengan nada perlahan-lahan.                                           
Desian yang dibangun cukup menarik, antara satu gunung ke gunung yang lainnya dibuat jempatan selaknya jembatan  gantung, tangga yang dibuat ditanah juga mengikuti bentuk struktur tanah. rdi Malaysia.
Langkawi selain memberikan pelajaran yang sangat berharga juga memberikan sejuta pengalaman menarik yang  tentunya adalah teman yang berasal dari belbagai etnik di Malaysia, seperti etnic Tiong Hoa ada e da n boss dan di etnic melayu ada Irma, Sakinah, Ayu dan Ain.
***

1 Desember sekitar pukul sepuluh kami beranjak meninggalkan Chandek Kura hotel, perjalanan yang sama seperti menaiki fery dan bas selalu kami lewati. Namun, tak ada rasa kebosanan yang timbul karena disepanjang perjalanan selalu dmisuguhi  oleh tempat-tempat myang sangat menakjubkan.
Di dalam fery ada seorang lagi yang menemani kami diperjalanan.
“panggil aja saye dengan akak ida,” ya ida namanya. Pegawai kontrak di staf Hal Ehwal Pelajar.
Seharusnya kami saat itu langsung berkunjung ke UUM (Universiti Utara Malysia), tapi karena ada permintaan kami diantarkan melawat ke Universiti Malysia Perlis (UniMAP).
Sesampai di UniMAP pikiran saya mengatakan bahwa UniMAP sama saja halnya seperti Universitas berkelas rendah di Indonesia, karena pada saat itu universitas yang awalnya kami duga adalah gedung-gedung yang tersusun rapi dan memiliki taman yang luas hanya sekedar bagunan ruko.
Namun hal itu terjawab ketika mengikuti persentasi, UniMAP memang bagunan ruko namun tersebar diseluruh Malaysia dan sekarang sedang membangun kampus di Perlis yang juga tak kalah dengan Universiti lain di Malysia.
Ada beberapa hal yang ditawarkan di dalam kampus UniMAP, salah salah satunya adalah program studi yang mengkhususkan bisnis.
Tak jauh dari UniMAP kami diantar mengujunggi museum kerajaan Perlis. Sebelum sampai di depan pintu kami sudah disambut dengan kindahan rumput nyang berbentuk seperti bunga kembang sepatu.
Dalam museum kerajaan perlis terdapat benda-benda peninggalan kerajaan yang menarik, salah satunya adalah sepeda yang terbuat dari bahan dasar rotan dan pelindung kepala yang mirip seperti pelindung kepala pada kerajaaan di China.
Pukul 04.00 waktu Malaysia, Rasanya belum cukup masih menikmati sejuta keindahan kerajaan Perlis, kami harus meninggalkan museum itu.
Tak lama kemudian kami tiba di Universiti Utara malaysia (UUM), UUM terkenal dengan keindahan kampusnya karena berdampingan langsung dengan pegunungan yang masih asri. Lingkungan kampus yang dilengkapi belbagai fasilitas tentunya merupakan daya tarik sendiri  bagi UUM.
Di kampus UUM ada tiga fokus pendidikan, perniagaan, art and sains dan ilmu kerajaan (Golgis). Masing-masing sektor inilah yang menbagi lagi ke banyak jurusan-jurusan.
CeDI ( Co-Operative and entrepreneurship Development) atau PPP (Pusat  Perniagaan dan Pembangunan). CeDI merupakan sebuah  lembaga yang berada di dalam kampus UUM yang secara khusus menangani masalah dengan kewirausahaan.
“Tempat ini menanggani masalah-masalah bagi usaha-usaha dan disini juga ada pelatihan bagi pencerah-pencerah dari universiti-universiti di Malaysia,” ungkap ihsan sobri, pegawai CeDI.
CeDI merupakan salah satu langkah Kerajaan Malaysia untuk menuju negara maju pada tahun 2020. Terbentuknya CeDI secara khusus memfasilitasi usaha agar mempunyai penasehat yang dapat setiap saat berkonsultasi maslalah bisnis.
Selain CeDI, UUM juga mengembangakan koperasi dalam kampus. Koperasi Usahwan UUM  BERHAD, koperasi ini membina usaha-usaha  di UUM. Dan  sampai sekarang ada program tahunan dari koperasi ini yakni adanya Karnival Tahunan dan Expo.
Berikut adalah beberapa strategi perniagaan yang diterapkan oleh UUM, yakni :
Lihat jati diri orang tersebut terlebih dahulu sebelum memulai bisnis, apabila seorang tersebut tidak memilki jati diri tentang entepreneur tentu tidak dapat terlibat dalam bisnis,
Pihak kampus membantu dari segi fasilitas bagi siswazah-siswazah yang dianggap berkompeten dalam bisnis,
Tahap berikutnya adalah menghubungkan pihak supplier, tentunya mahasiswa yang dihubungkan dengan perusahaan-perusahaan haruslah senantiasa di kontrol oleh pihak kampus, agar pihak supplier nyang menyediakan barang tidak membodohi mahasiswa.
Setelah usaha itu menjadi kuat pihak universiti akan mengapply sebagai perniagaan tetap.
Student Mall, adalah tempat yang dikhususkan bagi siswazah untuk berniaga. Tempat yang berukuran cukup besar bagi perniagaan ini memiliki gerai-gerai yang keseluruhgannya dikelola oleh mahasiswa. Tak ada yang dibedakan, pelajar dari timur tengah pun ikut berpartisipasi dalam hal perniagaan.
Konsep bagunan yang mempunyai hall yang lengkap dengan tempat duduk bagi mahasiswa dengan tambahan warna yang cerah terlihat menarik.
Ada beberapa usaha yang dikelola oleh siswazah, berjualan kardus, kuliner seperti jagung, roti, es goreng, serta konsep bakery yang sederhana tapi menarik menjadi keistimewaan tempat itu.
***
Tanggal 2 Desember, kami pun bertolak ke Thailand tepatnya di Hat Yai University. Hat Yai University merupakan universihtas pertama di bagian Hat Yat.
Beberapa hal yang dapat kami jumpai  disana adalah adanya Student Plaza dan museum yang berisikan benda-benda bersejarah, salah satunya nadalah kamera yang sudah berumur puluhan tahun.
Konsep bagunan Student Plaza yang diselaraskan dengan gedung kelas menjadikan lokasi ini tidak terlalu sulit dijangkau oleh mahasiswa, beberapa jenis usaha ayang ada disana  adalah rental komputer yang dikelola sendiri oleh mahasiswa.
Kemudian hal yang paling menarik di student plaza adalah adanya ruang yang megah didesain sengaja untuk tempat berjualan. Disekelilingnya ada gerai-gerai yang menyediakan makanan, dan di samping pintu utama terdapat kasir. Dari penjelasan yang diperoleh konsep yang ditawarkan disini adalah mahasiswa dapat memebeli apa saja yang mereka inginkan tanpa membayar pada  gerai tersebut, pembayaran dilakukan pada kasir yang ada pada sisi pintu.
Di Thailand kami diantar ke beberapa tempat yang menarik, salah satunya adalah ke pasar rakyat di Hat Yai, di tempat tersebut ada tempat khusus yang menyediakan makanan muslim dan kesemua orang yang berjualan adalah orang Melayu yang fasih berbahasa Melayu.
Dalam melakukan transaksi jual beli di pasar Thailand haruslah pandai menawar-nawar barang, beruntung ada beberapa gerai yang menjual adalah orang melayu, tapi ada juga beberapa gerai yang berjualan adalah masyarakat pribumi Thai.
Strategi tawar menawar pun dilakukaan dengan memamfaat kalkulator, tak tanggung-tanggung harga tawar yang yang diajarkan kepada kami dengan setengah harga atau bahkan sampai lebih.
Tata cara berdagang  di Thailang memang terasa sangat  unik dan berbeda di beberapa tempat di malaysia. Di Tahailad penampilan bukan menjadi hal  yang diutamakan, kebersihan juga bukan menjadi prioritas masyarakat setempat.
Namun di balik itu semua Thailand merupakan negeri yang tak  pernah di jajah dan merupakan negeri yang terkenal dengan rekayasa pertanian, wajar saja bila di Thailand dapat kita jumpai produk-produk yang sebelumnya tidak pernah kita jumpai sama sekali.
Jumat, 3 Desember 2010. Agenda hari itu adalah berjualan dengan menjajakan produk-produk di beberapa tempat di USM, beberapa strategi yang  digunakan adalah dengan cara mengasogkan barang dan berjumapa dari pintu ke pintu.
Seperti halnya asongan yang di yang dilakukan di Aceh, asongan di USM juga mempunyai kesan tersendiri bagiku.
Banyak jenis orang yang kutemui, mulai dari orang pribumi sendiri maupun dari negara lain. Belbagai cara juga ditempuh agar  barang yang dibawa dapat laris terjual. Kami membagi dua stand dalam pameran ini.
Aku sendiri berada di group A, sedangkan group B menjajakan produknya lumayan jauh, bahkan harus menyeberang jalan negara untuk mencapainya.
Satu hal yang dapat dijadikan pelajaran disini, perlunya kontrol terhadap produk yang kita bawa sangatlah penting, karena dalam hal ini semua orang berpikiran agar tidak membawa produknya kembali ke  tanah air dengan cost yang begitu mahal. Tidak tertutup kemungkinan produk yang kita bawa tidak terjual seperti yang kita targetkan.
Hal lain yang dapat dijadikan pelajaran dalam kegiatan  ini adalah ketelitian, teliti dalam berdagang. Kita haruslah mengenal aturan dan prilaku konsumen kita. Dalam hal ini sebenarnya asongan tidak dibenarkan di dalam kampus USM.
***

If You Enjoyed This Post Please Take a Second To Share It.

You Might Also Like

Stay Connected With Free Updates

Subscribe via Email

0 komentar: